Rabu, 15 Oktober 2014

ketahanan pangan berbasis kearifan lokal

Ketahanan pangan berbasis kearifan lokal

sesungguhnya bicara soal ketahanan nasional. Adapun di Indonesia, keberadaan dan akses terhadap pangan yang murah dan mencukupi selalu menjadi masalah krusial yang ingin dipecahkan.
Konsepsi mengenai ketahanan pangan umumnya diasosiasikan dengan keadaan terpenuhinya pangan bagi semua lapisan masyarakat yang terlihat dari tersedianya pangan yang cukup dari segi kualitas, kuantitas, serta keterjangkauan untuk memperolehnya. Suatu sistem ketahanan pangan yang solid merupakan jaminan negara kepada rakyatnya dalam pemenuhan kebutuhan primer selain pakaian dan tempat tinggal.
Tidak stabilnya pemenuhan kebutuhan pangan bisa menimbulkan problematika tersendiri, yang bahkan dapat mengguncang ketahanan nasional secara luas. Salah satu gagasan dan pola dalam rangka sinergisitas itu ialah inovasi penyediaan pangan melalui kearifan lokal. Dalam masyarakat Indonesia yang multikultur, pada kenyataannya tidak sulit menemukan kearifan lokal (local wisdom) yang tumbuh dan mengakar di masyarakat.
Adapun kearifan lokal dapat ditemui berwujud kebiasaan, nyanyian, pepatah, ataupun pola-pola hidup yang melekat pada keseharian. Kearifan lokal biasanya tecermin pula pada adat hidup masyarakat yang telah berlangsung lama ataupun nilai-nilai yang berlaku di kelompok masyarakat bersangkutan. Kearifan lokal jika didayagunakan dengan tepat, diyakini mampu mendorong inovasi dalam mengelola sumber daya yang dimiliki.

Kearifan lokal mengandung nilainilai yang mengatur pola pembangunan keseimbangan antara daya dukung lingkungan alam dan kebutuhan manusia. Dengan menggali dan mengembangkan kearifan lokal, kemiskinan tidak hanya dapat dikurangi (relieving) tetapi juga dapat dihindari (preventing) karena lestarinya sumber daya bagi generasi berikutnya (Soerjani, 2005).
Adapun variasi jenis dan macam pangan lokal Indonesia sangat beragam, hal ini bergantung pada budaya dan kebiasaan masyarakat setempat. Yang terpenting, pemerintah terkait cukup dengan memastikan semua petani mendapat tanah sebagai aset produksi ditambah sarana produksi penunjang dan dukungan dalam hal pemasaran, lalu mengembangkan teknologi pertanian dan budaya pangan berbasis kearifan lokal yang masih dipraktikkan maupun yang pernah ada di nusantara.
Seperti filosofi nusantara bahwa desa mawa cara, negara mawa tata (artinya: desa memiliki cara, negara memilikiaturan) mengembalikan cara pemenuhan kebutuhan pangan kepada kearifan lokal tiap daerah, serta pemerintah turut serta dalam mengatur kebijakan untuk melindungi pemenuhan ketahanan pangan nasional. Jika ketahanan pangan nasional tercapai, kesejahteraan masyarakat Indonesia terwujud.

Sistem pertanian telah dikembangkan dengan meninggalkan kearifan lokal dan tidak berbasis pada konsep kealaman, sehingga terjadi penurunan produksi dan kegagalan panen, kata pakar pertanian dari Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Agus Nugroho Setiawan.
"Di berbagai daerah terjadi kegagalan panen atau puso pada tanaman padi akibat serangan tikus dan wereng. Produksi gabah juga mengalami penurunan produktivitas, sehingga mengancam target penyediaan pangan," katanya di Yogyakarta, Jumat pekan lalu.
Menurut dia, hal itu disebabkan oleh perubahan perilaku petani dalam menerapkan sistem budi daya di lapangan. Beberapa contoh kasus di lapangan adalah penanaman satu jenis tanaman secara berulang dan terus menerus (monokultur), penamanan tidak serempak, dan penyederhanaan jenis tanaman menjadi pemicu banyaknya kegagalan panen.
"Penanaman monokultur untuk mengejar target produksi tanpa adanya rotasi dalam jangka panjang dan tidak berbasis pada konsep kealaman tersebut, tidak menguntungkan terutama dari aspek ekologi dan agronomi. Dengan dalih ketersediaan air yang cukup, ada kecenderungan petani akan menanam padi secara terus menerus, katanya.
Ia mengatakan penanaman secara berulang tanaman akan memicu berkembangnya organisme pengganggu tanaman baik hama, patogen maupun gulma karena berada dalam lingkungan yang tidak banyak mengalami perubahan. "Hal itu menjadi salah satu penyebab hama wereng menyerang tanaman dan banyak menimbulkan kegagalan panen secara terus menerus di berbagai daerah," kata Dekan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) itu.
Menurut dia, penggenangan lahan padi secara terus menerus juga menyebabkan berkurangnya aerasi tanah, kurang berkembangnya organisme bermanfaat dalam tanah, dan berkurangnya unsur hara. Oleh karena itu, sebelum lebih banyak terjadi kegagalan dan kerugian sebaiknya perlu dilakukan perbaikan dalam sistem budi daya dengan lebih mengedepankan konsep kealaman dan berbasis kearifan lokal melalui pemanfaatan dan pengelolaan alam dengan tetap menjaga kelestariannya.
Ia mengatakan lahan pertanian dimanfaatkan bukan hanya untuk jangka pendek, tetapi juga untuk generasi yang akan datang, sehingga dalam mengelola lahan harus berorentasi produktivitas, stabilitas, kemerataan, dan keberlanjutan.

Sumber :
http://blog.ub.ac.id/rnhere/2014/09/03/ketahanan-pangan-berbasis-kearifan-lokal-koran-sindo-23-agustus-2014/

http://pusat-pkkp.bkp.pertanian.go.id/berita-200-sistem-pertanian-indonesia-harus-perhatikan-kearifan-lokal.html

1 komentar:

  1. tampaknya artikel ini murni copy-paste, di lihat dari tampilan nya tuh keliatan banget

    BalasHapus